Kiranya di dunia ini, tidak ada
budi yang bisa mengimbangi ataupun membalas cinta seorang ibu. Cinta seorang
ibu mengalir dalam darah dan ruh kita. Anak adalah buah cinta dari dua hati,
namun ia tidak dititipkan dalam dua rahim. Ia dititipkan dalam rahim sang ibu.
Selama sembilan bulan disana ia hidup dalam kesunyian sambil menghisap saripati
kehidupan sang ibu. Kemudian ia keluar diantar oleh darah sang Ibu.
Berikut adalah sebuah kisah
tentang pengorbanan seorang ibu terhadap anak yang sangat dicintainya.
Mudah-mudahan ada hikmah yang dapat diambil setelah membaca kisah ini. Dan juga
dapat menambah rasa sayang kita terhadap orang tua, terutama Ibu yang telah
melahirkan dan merawat kita dengan cinta kasihnya yang tulus.
Alkisah di sebuah desa, ada
seorang ibu yang sudah tua, hidup berdua dengan anak satu-satunya. Suaminya
sudah lama meninggal dunia karena sakit. Sang ibu sering merasa sedih
memikirkan anak satu-satunya itu. Anaknya mempunyai tabiat yang sangat buruk,
yaitu suka mencuri, berjudi, mengadu ayam dan banyak lagi. Sang Ibu sering
menangis meratapi nasibnya yang malang, Namun ia sering berdoa memohon kepada
Tuhan : "Tuhan tolong sadarkan anakku yang kusayangi, supaya tidak berbuat
dosa lagi. Aku sudah tua dan ingin menyaksikan dia bertobat sebelum aku
mati" Namun semakin lama si anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya.
Sudah sangat sering ia keluar masuk penjara karena kejahatan yang dilakukannya.
Suatu hari ia kembali mencuri di
rumah penduduk desa, namun malang dia tertangkap. Kemudian dia dibawa ke
hadapan raja untuk diadili dan dijatuhi hukuman pancung. Pengumuman itu
diumumkan ke seluruh desa. Hukuman akan dilakukan keesokan hari di depan rakyat
desa dan tepat pada saat lonceng berdentang menandakan pukul enam pagi. Berita
hukuman itu pun sampai ke telinga si ibu, dia menangis meratapi anak yang
dikasihinya dan berdoa berlutut kepada Tuhan: "Tuhan ampuni anak hamba,
biarlah hamba yang sudah tua ini yang menanggung dosa nya"
Dengan tertatih tatih dia
mendatangi raja dan memohon supaya anaknya dibebaskan. Tapi keputusan sudah
bulat, anakknya harus menjalani hukuman. Dengan hati hancur, si ibu kembali ke
rumah. Tak hentinya dia berdoa supaya anaknya diampuni, dan akhirnya dia
tertidur karena kelelahan. Dan dalam mimpinya dia bertemu dengan Tuhan.
Keesokan harinya, ditempat yang
sudah ditentukan, rakyat berbondong-bondong menyaksikan hukuman tersebut. Sang
algojo sudah bersiap dengan pancungnya dan si anak pun sudah pasrah dengan
nasibnya Terbayang di matanya wajah ibunya yang sudah tua, dan tanpa terasa ia
menangis menyesali perbuatannya.
Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba. Namun sampai waktu yang ditentukan tiba, lonceng belum juga berdentang. Sudah lewat lima menit dari waktu yang ditentukan dan suasana sudah mulai berisik. Akhirnya petugas yang bertugas membunyikan lonceng datang. Ia mengaku heran karena sudah sejak tadi dia menarik tali lonceng tapi suara dentangnya tidak ada.
Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba. Namun sampai waktu yang ditentukan tiba, lonceng belum juga berdentang. Sudah lewat lima menit dari waktu yang ditentukan dan suasana sudah mulai berisik. Akhirnya petugas yang bertugas membunyikan lonceng datang. Ia mengaku heran karena sudah sejak tadi dia menarik tali lonceng tapi suara dentangnya tidak ada.
Saat mereka semua sedang bingung,
tiba-tiba dari tali lonceng itu mengalir darah. Darah itu berasal dari atas
tempat di mana lonceng itu diikat. Dengan jantung berdebar seluruh rakyat
menantikan saat beberapa orang naik ke atas menyelidiki sumber darah. Tahukah
anda apa yang terjadi? Ternyata di dalam lonceng ditemui tubuh si ibu tua
dengan kepala hancur berlumuran darah. Dia memeluk bandul di dalam lonceng yang
menyebabkan lonceng tidak berbunyi, dan sebagai gantinya, kepalanya yang
terbentur di dinding lonceng.
Seluruh orang yang menyaksikan
kejadian itu tertunduk dan meneteskan air mata. Sementara si anak meraung raung
memeluk tubuh ibunya yang sudah diturunkan. Menyesali dirinya yang selalu
menyusahkan ibunya. Ternyata malam sebelumnya si ibu dengan susah payah
memanjat ke atas dan mengikat dirinya di lonceng memeluk besi dalam lonceng
untuk menghindari hukuman pancung anaknya.
Demikianlah sangat jelas kasih seorang ibu untuk anaknya. Betapapun jahat si anak, ia tetap mengasihi sepenuh hidupnya. Marilah kita mengasihi orang tua kita masing masing selagi kita masih mampu karena mereka adalah sumber kasih Tuhan bagi kita di dunia ini. Sesuatu untuk dijadikan renungan bagi kita, gar kita selalu mencintai sesuatu yang berharga yang tidak bisa dinilai dengan apapun.
Demikianlah sangat jelas kasih seorang ibu untuk anaknya. Betapapun jahat si anak, ia tetap mengasihi sepenuh hidupnya. Marilah kita mengasihi orang tua kita masing masing selagi kita masih mampu karena mereka adalah sumber kasih Tuhan bagi kita di dunia ini. Sesuatu untuk dijadikan renungan bagi kita, gar kita selalu mencintai sesuatu yang berharga yang tidak bisa dinilai dengan apapun.
ceritany bagus
BalasHapusbest
BalasHapusooohhhh......... cerita yg sedih............
BalasHapushttp://sisiusus260.blogspot.com/2017/11/gara-gara-ulah-seorang-nenek-melempar.html
BalasHapushttp://sisiusus260.blogspot.com/2017/11/haru-perjuangan-induk-anjing-selamatkan.html
http://sisiusus260.blogspot.com/2017/11/rutin-makan-mangga-turunkan-berat-badan.html
http://sisiusus260.blogspot.com/2017/11/pria-italia-tularkan-hiv-pada-32-wanita.html
joint us :
* BBM: D1E0517C / 2B3F0E24
* WHATSAPP:+6282143134682
* LINE: PELANGIQQ
* WECHAT: pelangiqq